Selasa, 23 Oktober 2012

HAM di Lampung

HAM itu singkatan, aslinya Hak Asasi Manusia. Disini gue mau ngebahas tentang HAM di Lampung. Beda dengan Jakarta dan sekitarnya, Lampung dan sekitarnya atau mungkin semua daerah di selain jawa, masih hidup di jaman Orba. Tapi bedanya, kalau dulu wartawan dibungkam karena takut, sekarang di daerah non pulau jawa, wartawan dibungkam dengan uang. Kalau kata teman gue, "wartawan itu kalau disuruh ngeliput, diakhir smsnya ada kode 'ADO IDAK'. Yang artinya ada duit nya gak". Wartawan dibungkam oleh uang, rakyat kecil dibungkam oleh kekuasaan.

Ini cerita singkat, ada hubungannya dengan hak manusia yang asasi (dalam hal hak milik dan bicara). Cerita ini dari teman gue yang kebetulan survei siswa berprestasi di kampung-kampung. Kata teman gue dia bertemu aktivis, sebut saja namanya Munar (biar lebih dramatis; diambil dari nama munir). Nah si munar ini menuntut hak tanah hutan register yang dicaplok oleh perusahaan besar, inisialnya BW. Tanah register ini telah didirikan perusahaan besar, entah izin dari siapa pokoknya tahu-tahu kawasan perusahaan menggeser sebagian pemukiman dan salah satu yang tergusur adalah bengkel pak Munar. Sejak saat itu pak munar menuntut perusahaan tersebut, sampai-sampai beliau dijanjiin akan diberi uang 1 M asal mau diam. Tapi pak munar tidak mau. Beliau terus mencoba mencari bantuan, wartawan, jaksa, dan kepolisian, tapi hasilnya nol besar, hal ini disebabkan karena para jaksa dan yang lain-lainnya tadi pada minta uang suap. Emang dasar kampret semuanya..., sepakat? Oke sepakat...

Ini terjadi di Lampung, sekarang, bukan di jaman Orba. Ini terjadi...

Bahkan pak Munar pernah di tembak dari belakang namun peluru meleset. Dan ketika beliau tidak mau ditawari uang 1 M, beliau sempat diberi racun (kata beliau) di gelasnya, namun tiba-tiba saja gelasnya pecah. Ini seperti di film-film, dimana pahlawan hoki nyawa..

Kebenaran peristiwa ini ditangan Tuhan dan Pak Munir serta teman gue mungkin yang tahu, gue hanya penyampai. Bukan tanpa alasan, gue berani nulis karena lingkungan lampung terasa seperti itu, dimana masih ada ancaman-ancaman dan diam. Contoh aja dhe di Kampus gue, Mahasiswa di ancam keris sama Pembantu Dekan karena protes pemilihan genernur fakultas dilakukan secara aklamasi sepihak. Banyak lagi kok.., Dosen gue pernah ngancem mahasiswa seperti ini, "siapa yang tidak ikut aturan dosen jurusan nanti kuliahnya akan dipersulit".

Seperti ini Lampung..., tempat lo gimana??