Kamis, 25 April 2013

Pura-pura jatuh (Cinta)

Ini menarik, sesuatu yang sering banget gue alami tapi baru sekarang kepikiran. Jatuh cinta. Ini aneh menurut gue, dari SD sampai sekarang kalau jatuh gue selalu kesal, tapi giliran ngomongin jatuh cinta, gue, bahkan lo, pasti senyum-senyum gak jelas. Yang jelas mungkin cuma akibatnya, sama-sama bikin sakit.

Yang jadi pertanyaan gue, jatuh cinta ini termasuk jenis jatuh yang disengaja atau gak sengaja (sebut saja kepleset). Kalau gak sengaja berarti tanpa rencana dong (biasanya sih sakit kalau kepleset), kalau disengaja berarti boongan dong. Gimana sih.

Kalau gak sengaja lo gak kepikiran, tapi kan kenyataannya lo terus mikirin dan karena itulah lo berani bilang “gue jatuh cinta”. Kalau disengaja berarti lo mikirin dan pastinya ada tujuan dong.

Mungkin alur ceritanya kayak gini; awalnya kita gak sengaja jatuh cinta, terus kepikiran “kok gue tadi jatuh ya”, lalu kita ngerasa “kok gak bisa lupa ya”, akhirnya kita penasaran dan pengen jatuh lagi. Kali ini jatuhnya disengaja (pura-pura jatuh), tujuannya cuma satu: memuaskan rasa penasaran. Waktu kita pura-pura jatuh dan kebetulan ada yang ngeliat dan nolong, kita merasakan kebahagiaan, “wah ditolong itu rasanya enak banget”. Lalu kita cerita ke orang yang tadi nolong, “coba dhe kamu pura-pura jatuh, ntar aku tolong, rasanya enak lho”. Terus dia pura-pura jatuh atas saran kita tadi, dan kita tolong (pura-pura nolong tentunya). Akhirnya dia juga ngerasain pura-pura jatuh dan pura-pura ditolong itu ternyata enak. Sampai pada akhirnya kita sama-sama sadar ternyata semuanya pura-pura, semuanya ada atas dasar rasa penasaran. 

Saat kita sadar,  ternyata lukanya udah parah banget, lalu kita nyari orang lain untuk nolong nyembuhin lukanya. Kebetulan pas kita butuh pertolongan eh ada yang jatoh di depan kita, kita tolong (pura-pura) dengan harapan dia juga nolong kita nyembuhin luka akibat jatuh di hal yang sama, cinta.

Ah sudahlah. Pikir aja sendiri.

Jumat, 19 April 2013

Loyalitas



Gue kenal kata Loyalitas pas Kuliah, dari senior gue. Gini, gue lebih suka baca buku dari pada dengerin orang ngomong ke gue, pengalaman gue bilang kalau orang itu ngomong apa yang dia anggap bener sementara itu belum tentu bener di elo kemudian setiap orang sebagian besar selalu ingin orang mengikuti pola pikirnya agar dia lebih mudah memola keinginannya dan jika keinginannya buruk dan loe terpengaruh dengan kata-katanya maka lo ikut menjalankan keburukannya. Intinya semua orang punya doktrin dalam kata-katanya. Gak semua doktrin buruk, misal ibu lo nyuruh lo makan pagi biar sehat, “Nak makan pagi pake nasi biar sehat”, kata-kata ini selalu ibu ucapkan, selalu diulang-ulang, sehingga tanpa kita sadari itulah yang kita lakukan tiap pagi. Makan pagi, peke nasi, bukan roti.

Kalau baca buku lo bisa berfikir lebih panjang untuk mencerna sebuah kata-kata. Mungkin itulah kenapa Tuhan meninggalkan petunjuk dalam bentuk Kitab.

Loyalitas selalu dihubungkan dengan organisasi, organisasi bisa dalam bentuk keluarga, kelompok, atau band. Di dalam kelompok ada himpunan, biasanya dikalangan mahasiswa dipegang oleh senior, bukan ketua himpunan. Di dalam keluarga ada orang tua dan si anak tertua, di dalam band biasanya Ahmad Dhani, hehehe... 

Semua pemegang “kekuasaan ini” memberlakukan 2 pasal yang sama;
      1.  Mereka tidak pernah salah
2.  Bila mereka salah maka kembali ke pasal 1.

Intinya mereka merasa tidak pernah salah. Seolah pengalaman hidup mereka sama dengan pengalaman hidup kita, atau mungkin mereka ingin membuat kita merasakan pengalaman hidup seperti mereka, kasarnya, sebut saja, balas dendam.

Gue punya loyalitas, tapi bukan untuk organisasi, atau keluarga, loyalitas gue persembahkan untuk yang gue cintai; orang tua, keluarga, kekasih, passion, lebih besar lagi pada Tuhan.

Emang gak mudah mempertahankan yang kita cintai, banyak kok contohnya, misal pacar, lo bilang cinta kan tapi kenyataannya paling lama 1 tahun lo pacaran. Habis itu temenan lagi, bahkan ada yang jadi semacam musuh yang tak tertulis. Kalau lo mau mudah ya lo ikutin aja kata mereka, kata senior, kata dosen, kata pemerintah, kata yang tertua. Ngikut lebih enak daripada mimpin.

Gue rasa kita sudah cukup dewasa untuk menilai orang dari pesan dan ajakannya, lo boleh ikutin kata “mereka” kalau menurut lo itu baik, buang kalau itu buruk. Lo bisa ambil bagian-bagian dari seseorang, ambil bagian yang baiknya.  Kenyataannya kita yang terlahir saat ini sangat diuntungkan, kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah, dari yang sudah berlalu, kita tinggal pilih dan lo bebas milih, berfikir aman atau berfikir sehat.

Yang aman belum tentu sehat, yang sehat sudah pasti aman. : )))

Rabu, 17 April 2013

Yang kita ingin

"Aku tidak ingin menjadi orang yang mudah dilecehkan" (Cloud Atlas)

Yah, siapa yang mau dilecehkan. Setiap orang pasti pernah dilecehkan, tentunya karena perbuatan mereka sendiri. Biasanya perbuatan itu tidak disukai oleh yang melecehkan. Bisa jadi yang melecehkan lebih buruk, bisa jadi mereka lebih baik, tergantung elo.

Kebaikan dan keburukan sebenernya saling melecehkan, makanya mereka tidak pernah akur satu sama lain. Kalau terlihat akur itu mungkin bagian dari strategi yang ujung-ujungnya saling menjatuhkan. Kita tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah jika kita tidak benar-benar mencarinya. Kadang manusia itu terlalu takut untuk berdosa, sehingga mereka tidak pernah tahu asal usul kebenaran. Simpelnya, dari kejatuhan lo bisa sedikit menghargai pembangunan, dari perjuangan lo bisa tahu rasanya kemerdekaan. Itulah kenapa generasi awal selalu lebih baik dari generasi selanjutnya, itu karena mereka berjuang, sedangkan generasi selanjutnya hanya bisa menikmati.

Sangat sederhana, misalkan kita ambil contoh dari kehidupan sehari-hari saja. Banyak sekali anak muda, remaja, bahkan mahasiswa yang terlalu takut protes, takut untuk bilang "tidak" kepada kata-kata dosen sementara kepada orang tua mudah banget bilang "nggak".

Sebenernya, mahasiswa tahu kalau dosen itu membuat aturan yang suka mereka langgar sendiri; Dosen bilang jangan telat, pada kenyataannya dosen sering telat. Dosen bilang "fokus kuliah", pada kenyataannya dosen gak fokus-fokus amat ngajar kuliah (kadang lebih mentingin proyek, seminar, yang paling update adalah kenyataan bahwa dosen lebih mentingin jaga anak SMA UN dari pada ngasih kuliah mahasiswa). Lo tau itu semua karena apa??. Karena Uang. (titik). Pemerintah juga sih yang goblok, kalau sekedar buat nakut-nakutin anak UN gue rasa gak perlu dosen, preman banyak, lumayan bisa ngurangin jumlah preman pas UN.

Dari film Cloud Atlas ada satu pesan yang pas banget buat gambarin apa yang terjadi di masa kini, "semua bertanggung jawab atas semua yang terjadi". Sebagai mahasiswa gue ngerasa dosen ikut bertanggung jawab terhadap mahasiswa yang sakit jiwa, sebagai dosen mungkin gue ngerasa mahasiswa bertanggung jawab atas dosen yang sakit hati. Lepas dari saling lempar tanggung jawab pada akhirnya toh kita juga yang ngerasain akibat dari perbuatan kita. Ada masanya kita harus merasa bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Lo kayak gini ya karena lo kayak gitu, lo kayak gitu yang emang lo kayak gini.

Orang jaman sekarang terlalu banyak tahu tentang sejarah, cerita yang lalu, perjuangan, kematian, perang, dll. yang akhirnya membuat mereka bebas memilih, milih bertahan dengan apa yang lo anggap baik, atau milih apa yang lo anggep aman. Sejarah mengatakan kalau yang baik itu gak pernah enak, aman itu ngikut aja, jahat itu enak. Kenyataan yang terjadi juga mengatakan "dibunuh itu mati", "ngebunuh, lo bisa tetap hidup", "penjahat lebih banyak tertawa, sekali merengut langsung mati (hidupnya enak, matinya gak enak). Kalau mahasiswa lama memberikan contoh menjadi "penurut" dan "cari aman", jangan ngelecehin adek-adeknya kalau juga ikutan cari aman dan cari dosen biar tambah aman. Semua saling terkait, sebab akibat udah jadi hukum alam.

Orang yang memilih aman adalah saksi betapa mengerikannya kekuasaan mewujudkan kehendaknya, menjadi saksi betapa lemahnya kebaikan berdiri melawan, menjadi saksi betapa bodohnya perlawanan, betapa tersiksanya memilih aman.


Minggu, 14 April 2013

Remaja Malam

Malam hari bagi sebagian orang menjadi waktu yang tepat untuk berfikir, merenung, ibadah. Remaja biasanya memanfaatkan waktu malam untuk bermain, karena siangnya sibuk belajar. Gue semalem main, tapi bukan sebagai remaja, sebagai temen yang nemenin temennya yang gak tau mau ngapain, "ngapain sih?" tanya gue, dijawab, "menikmati malam", azeek, padahal udah pagi pukul 2.

Di kota (kota??) Bandar Lampung ada tempat yang biasa dipakai anak-anak sampai om-om untuk nongkrong, ngabisin duit, waktu, dan umur. Namanya PKOR. Di tempat ini gue sama temen-temen semalem kumpul untuk... ya... menikmati pagi gue rasa.

Gue ngeliat banyak anak-anak remaja, SMP mungkin, atau SMA, cewe cowonya sama aja.. ngantuk semua matanya. Ini pikir gue orang tuanya dimana coba. Ada anak cewe disamping gue yang bilang kayak gini ke temen-temen cowonya, "sampai kapan woy kalian ini kayak gini", salah satu temennya jawab, "Hahahaha", gue jawab, "itu bukan jawaban."

Itulah remaja malam, bawa mobil bokapnya, bawa duit orang tuanya, buat pamer. Ada yang gak punya duit, gak punya mobil, tapi punya temen, temennya bawa mobil sama duit bokapnya, buat pamer. Sama kayak gue dulu, sama kayak temen-temen gue dulu, kita keluar malem buat maen karena siangnya habis di sekolah. Orang tua gak salah, kalaupun salah ya terserah orang tua mau ngaku salah atau gak.. kadang orang tua percaya aja gitu kalau anaknya bilang, "tidur di rumah teman, ada tugas".

Kalau mau salah, terlalu banyak yang harus disalahin. Orang tua, guru, pemerintah, ibu-ibu penjual rokok dan minuman, polisi, ustad, tokoh agama, dll. Ujung-ujungnya tetap aja lo bakal bilang, "ah goblok banget sih gue", itu bagus, minimal lo sadar lo yang salah.

Ada masanya mereka ini, termasuk gue, akan berada di posisi jenuh, dimana semuanya terasa bosan, sia-sia, dan mulai untuk berbenah. Tapi itu gak mudah.. sama kayak lo yang biasa nulis make tangan kanan tiba-tiba harus menulis dengan tangan kiri, tentunya dengan tulisan yang lebih bagus. Hidup itu memang gak mudah, gak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi kalau lo udah gak punya tangan.

Solusi dari gue sih, buat lo lo yang terlanjur benci dengan sekolah, pengen bebas, coba dhe lo cari kebebasan yang menghasilkan manfaat. Bisa dengan karya, hobi, musik. Cari fokus yang bisa membuat lo lebih baik dari sekedar buang-buang waktu untuk balas dendam karena udah dijajah oleh sistem pendidikan. Pendidikan perlu, untuk buat orang tua lo bahagia.. tapi kebahagiaan lo kan juga harus dipikirin. Siapa tahu bisa buat semua orang yang lo sayang bangga. Bangga itu seperti bahagia yang berbonus.

Remaja malam, kalian salah. Tapi yang nyalahin kalian belum tentu bener. Bener itu kalau kalian menjadi remaja malam yang sadar atas kesalahan, berbenah, cari prestasi. Belajar bisa dimana aja kok, gak harus di sekolah. Di jalanan mungkin. Atau di kesalahan, lo juga bisa belajar :p.


Sabtu, 13 April 2013

Missing Link


Di buku 8th Habbit, entah siapa pengarangnya gue lupa, ada tulisan dari siapa namanya gue juga lupa, yang bunyinya kurang lebih kayak gini, "1000 bayi terlahir cerdas, tapi setelah mereka tumbuh dan berkembang, 999 bayi tadi menjadi bodoh karena orang dewasa".

Terus pamannya teman gue pernah bilang, "Republik ini bakal lebih baik kalau yang tua-tuanya pada mati". Entah apa hubungannya dengan kutipan sebelumnya.

Gue rasa gue dan agnes monica waktu lahir kedunia sama-sama nangis dan tangisan agnes gak lebih bagus dari tangisan gue. Tapi sekarang suara agnes lebih bagus dari suara gue.

Temen gue namanya Yudi pinter banget matematika, seharusnya gue juga pinter, karena Yudi dan Gue tanggal dan bulan lahirnya sama, dan kami berdua sama-sama nangis waktu pertama kali ngeliat dokter.

Seperti kutipan pertama di atas, kita itu sama, sama-sama cerdas waktu pertama kali dilahirkan. Saking cerdasnya, kita nangis karena dipegang oleh tangan dokter yang (mungkin) 100 kali lipat lebih bodoh dari kita.. mungkin pas kita dipegang dokter ada link yang hilang akibat muka dokternya mungkin, atau ada link yang rusak akibat cahaya lampu rumah sakit. Itu mungkin...

Yang pasti semua orang hidup dan selama hidupnya banyak link-link yang hilang. Misal, gue pemalu banget orangnya, bisa jadi karena link percaya diri gue hilang gara-gara orang tua gue gak ngejaga kepercayaan diri gue... yang akhirnya membuat kepercayaan diri gue pergi entah kemana.

Orang tua sangat bertanggung jawab menjaga dan mendidik anaknya diusia kecil, karena di usia ini semua kemampuan luar biasa yang tuhan berikan masih sangat hijau, perlu dipupuk, dirawat, dijaga, dan buahnya akan si anak (bahkan orang tua) panen ketika si anak telah dewasa.

Tapi gak seru juga kalau semua orang di dunia ini pintar, mungkin akan terjadi saling klaim atau rebutan klaim (seru sih). Bisa aja Gue dan Yudi saling klaim siapa yang paling pintar, bisa jadi guru SMA gue lempar koin untuk nentuin siapa juara 1 dan juara 2.

Mungkin emang ini sudah jalan yang Tuhan berikan, sudah jalannya kita kehilangan Link. Dan bisa jadi kasus hilangnya link ini menjadi cikal bakal diutusnya Rasul ke dunia. Untuk dijadikan contoh, "ini lho contoh manusia yang normal, yang kemampuan luar biasanya tetap terjaga dalam dirinya". Menurut gue lagi nih..., aneh rasanya kalau muslim bersedekah dengan alasan mencontoh rasul sehingga mereka tidak menghargai si non muslim yang bersedekah, orang bersedekah ya emang itulah yang seharusnya, berkata baik ya emang itulah kata-kata yang seharusnya manusia keluarkan. Tuhan mengatakan dalam kitab suci, berulang-ulang (kayaknya), "sesungguhnya Muhammad itu hanyalah manusia biasa seperti kalian". Bedanya, Rasulullah saw ini diutus Tuhan untuk keperluan menyadarkan manusia-manusia yang sudah terlalu banyak kehilangan Link di dalam dirinya. Masyarakat Jahiliyah mungkin dulunya telah kehilangan link kesopanan, link kesehatan akal, link logika sehat, link menghormati. Atau link sifat baiknya rusak dan menjadi buruk, link sifat bangga rusak menjadi link kesombogan. Semuanya disebabkan oleh generasi sebelum mereka.

Semua yang terjadi di hidup lo, coba inget-inget lagi, pasti akan menjelaskan kenapa lo seperti sekarang. Kalau lo homo, coba lo inget lagi mungkin dulu lo disodomi waktu kecil. It's reallity, jadi jangan ditutupi.

Gue rasa gue gak perlu ikutin apa yang Yudi atau Agnes lakukan sehingga menjadikan mereka lebih unggul dari segi suara dan matematika daripada gue, karena link-link yang hilang di gue beda dengan yang hilang di mereka. Jelas, kehidupan gue gak sama dengan mereka, orang tua gue beda dengan orang tua mereka, temen-temen gue juga beda, lingkungan gue beda, bahkan agama kami beda. Hmmm.., Gue lebih sopan dari agnes, dia lebih cantik aja. Hehee.., Perhitungan Yudi bagus, Tapi gak lebih bagus dari pemikiran gue.

Intinya, kita itu gak usah dhe pengen jadi ini pengen jadi itu, just be your self aja. Syukuri pengalaman yang diberikan Tuhan selama hidup lo. Sekarang tinggal gimana caranya lo petik buah dari Link luar biasa yang masih tersisa di dalam diri lo.

Kita punya peran masing-masing.


Rabu, 10 April 2013

Hai Senior!!, are u fine, huh?

Akhir-akhir ini gue rajin banget nulis, itu berbanding terbalik dengan apa yang gue liat. Semakin gue males ngeliatnya semakin rajin gue nulis. Ternyata males ada manfaatnya.

Kalau ngomongin strata ilmu, mental, dan spritual maka gue bisa ngeliat yang namanya guru, ulama, dan Preman. Di kampus gue ngeliat sesuatu yang aneh, banyak yang ngaku-ngaku ilmu, mental dan spritual mereka lebih tinggi, tapi mereka gak masuk dalam kategori guru, ulama, apalagi free man (baca: Preman). Mereka ini menyebut diri mereka senior.

Senior itu apa??, itu semacam jabatan yang gak sah, agak maksa, suka nyiksa (hehehe..).

Status senior kalau kata gue sama kayak pacar. Senior sama pacar itu sama-sama ingin dianggap spesial tapi gak mau jadi temen, maunya jadi pacar titik, maunya jadi senior titik, maunya manfaatin lo : p.

Sebenernya senior itu tahu kalau huibungan senior dan junior tingkatannya masih dibawah hubungan antar teman, sedikit diatas musuh. Kalau lo temenan sama senior, ada saatnya dia akan bilang, "jangan anggap gue senior, anggep aja teman", itu masa-masa paling indah... mungkin.

Senior sama dosen itu hampir sama, sama-sama ingin dihormati. Dan lo sebagai junior sama, sama-sama takut, gak hormat kan, tangan lo gak nyilang dipelipis mata, tapi gemeter.

Di kampus ada budaya pendidikan mental yang dilakukan oleh para senior. Pendidikan ini tujuannya biar mental lo lebih berani, kecuali sama senior. Pendidikan ini membuat lo jadi mahasiswa banget lah katanya.. punya idealisme, tapi idealisme "yang ideal itu senior". : D

Gue lebih seneng disebut nama, atau kakak oleh adek-adek gue. Karena kalau dipanggil senior gue ngerasa kayak dipanggil "tukang bual" : p    ya gak sih??

Tapi kalau ada yang manggil gue dosen, gue terima... karena gue suka telat.




Selasa, 09 April 2013

Lo Nyesel Kan Kuliah #Biaya

Gue sedih, karena gue cerdas. Semakin lo tua seharusnya semakin lo cerdas, gak masalah lo gak dewasa, minimal lo cerdas.

Semakin lama kita hidup semakin tahu gimana rasanya hidup. Lo gak mungkin kan bilang kopi itu pahit kalau lo belum nyobain 2 sendok makan kopi setengah sendok gula diabetasol plus setengah gelas air mendidih, lo aduk.

Selama 5 tahun gue kuliah membuat gue berfikir, “wah... sombong banget gue, 5 tahun ngebuang-buang waktu. Duit. Tenaga.”. Gue, mungkin lo, rugi banyak dari hasil perhitungan kita pas SMA “cari ilmu = kuliah+belajar”. Sebenernya lo cukup belajar, kuliah gak bikin lo dapet ilmu, lo dapet ijazah doang di bangku kuliah. Dan ijazah gak jamin kemapanan lo, tetap aja kalau mau mapan ujung-ujungnya duit. Cari duit gak make ijazah, tapi ya.. make duit, bisa sih make bapak lo, tapi tetep... kalau bapak lo punya duit. Minimal jadi pejabat harus punya duit, bayar pejabat juga make duit!

Tuhan nyiptain emas ya kalau gak salah, bukan duit kan.. jadi tolong berhenti nyalahin Tuhan kalau gak dapet duit.

Hampir semua bahan kuliah lo dapet dari internet, beruntung kalau pas kuliah lo dapet dosen yang layak, tapi kan tetap aja.. selayak-layaknya dosen pasti bakal bilang kayak gini, “Mahasiswa itu harus aktif, kalau bisa sebelum kuliah anda pelajari dulu materinya, biar nanti kita tinggal diskusi. Referensi banyak kok, bisa kalian cari di Internet”. Intinya Internet.

Lo mesti jajal bangku kuliah dulu baru lo sadar kalau ada bangku yang lebih murah untuk dapetin ilmu, bangku warnet. Lo bayar 3000/jam.. dan lo bisa dapet ilmu lebih banyak daripada kuliah satu semester dengan biaya 800.000. Lo itung berapa kali lipat kerugian lo, dan berapa kali lipat keuntungan kampus lo.

Kuliah sekarang minimal 4 tahun. Anggap aja bayaran semester lo 800.000, satu tahun ada 2 semester, 2 X 800.000 = 1.600.000, di kali 4 tahun, sama dengan 6.400.000. itu baru bayaran semester, belum lagi biaya Praktek Umum, KKN. Di tempat gue total biaya KKN + PU = 1.050.000. Biaya penelitian teman gue yang paling murah 200.000, totalnya menjadi 7.650.000. Belum uang bulanan, bayar kosan, pacaran, ngeprint. Kita anggep aja 20 juta (gue rasa udah murah banget). Jadi, Total biaya 4 tahun lo kuliah adalah Rp 27.650.000, dikit lagi bisa naik haji. Itu masih beruntung kalau lo gak sempet kehilangan motor.  Lebih apes lagi kalau lo juga salah jurusan.

27.650.000 rupiah selama 4 tahun, lo belum kerja, cuma dapet ijazah. 

Kalau lo tipe mahasiswa yang cuma pengen nyari nilai doang, ya lo cuma dapet nilai, mungkin IPK lo 4.0, tapi ilmu lo 0. Kalau lo tipe mahasiswa yang mencari ilmu, lo dapet ilmu... tapi tetep sekitar 80% nya dari internet, yang biayanya cuma 3000 rupiah/semester. 

Ehmm... ini baru itung-itungan biaya, belum tenaga. Kalau waktu mah gak usah diitung, kan udah lo buang.

Udah iklasin aja, minimal lo tau. 

Oh iya, Jangan lupa. Kalau ada tetangga lo yang pengen anaknya kuliah, lo bilangin mending buka warnet aja dhe, selain anaknya dapet ilmu, anaknya juga bisa langsung dapet kerja. Keren kan!.

Senin, 08 April 2013

Ibu.Kamu.Pacaran

Ibu. Adalah wanita paling sial disaat anak laki-lakinya punya pacar, paling beruntung disaat anak perempuannya punya pacar. Gue rasa lo gak perlu nyari di kitab suci untuk membuktikan kebenarannya, karna agama alay belum ada.

Laki-laki wajar mencintai wanita, karena usia yang masih muda maka anak laki-laki cenderung lebih nafsu ke pacarnya dari pada ke ibunya, lebih cepat bilang, “Iya” ke pacar dari pada ke ibu. Contoh kasus; lo disuruh ibu lo belanja, diwaktu yang sama lo diajak pacar lo belanja, lo milih pacar lo... dan lo bilang ke ibu termalang di dunia, “aduh... ada janji nih ma”. Lo bukan lagi anak kecil yang merindukan pelukan ibu, lo sudah menjadi remaja freak yang merindukan pelukan cewe di atas motor mugkin, lo gak suka lagi kalau ibu lo nyanyiin lo saat tidur, tapi lo suka kan dinyanyiin pacar lo pas tidur, mungkin lo gak pernah ngingetin ibu lo makan, tapi tiap hari lo ngingetin pacar lo kan buat makan. It’s reality.. : )

Tapi cinta lo ke pacar gak lama, saat itulah ibu lo jadi ibu yang cukup beruntung.. anak laki-lakinya mau diajakin belanja, siapa tahu lo dibeliin baju. Gue rasa perasaan lo bukan cinta, tapi sebatas perasaan suka doang. Kalau cinta lo rela mati, kalau suka lo rela dia mati, dan lo bisa nyari lagi.

Kalau lo, anak perempuan, yang punya pacar, gue rasa ibu lo gak terlalu terdzolimi. Paling masalah datang kalau lo hamil. Tapi ibu lo masih mending sialnya dibanding ibu cowo lo. Haha..

Piss.

Minggu, 07 April 2013

George Carlin

 
  
I'm Moslem, Carlin is Atheis, but i like him. George Carlin adalah salah satu stand up comedian yang selalu membicarakan isu sosial dan politik dalam setiap materinya.  Dia seperti peramal, tahu isi kepala the fucking people.  

Mungkin Carlin adalah seorang yang sinis, seperti kata-katanya.. "Inside every cynical person there is a disappointed idealist".. i think so, and.. i also like that.

I believe in God because it is impossible for me to believe in many human 
Carlin not believe in god, perhaps because he did not think he damn humans are created by God

Jumat, 05 April 2013

Traktor Kampret


Kampret menurut gue bukan sesuatu yang kotor buat diucapkan, lebih kotor sampah, lebih kotor lagi yang buang sampah sembarangan.

Traktor kampret itu bentuknya seperti manusia, manusia kampret bisa jadi bentuknya mirip traktor.  Traktor bukan mesin, tapi mata kuliah. Sebenarnya mata kuliahnya sih gak kampret, dosennya aja yang mirip traktor.

Ada 3 tipe dosen yang pantes diomongin, pantes diomongin. Yang baik-baik gak perlu diomongin, gak pantes. Yang aneh/ganjil mari kita omongin, kita bantai, let’s go to the point of view.

Pertama. Dosen gila hormat; dosen tipe ini kerjanya pengen dihormati, mereka merasa penting... yah mereka penting sih, karna mereka memegang nilai... semakin mahasiswa menganggapnya penting maka semakin mendekati A nilai yang dia berikan. Dia penting bukan karena ilmunya, ilmunya betaburan di internet.. lo cukup ke warnet bayar 3000 dan lo bisa nemu pelajaran yang dia berikan selama 1 semester, lebih murah dari uang semester lo. Dosen tipe ini juga bukan ahli dibidangnya, kalau mereka ngaku ahli, mungkin maksudnya Ahli Nujum; kadang hilang, tiba-tiba dateng, tiba-tiba ilang lagi. Di awal kuliah dia bisa tahu lo bakal dapet nilai apa, tergantung seberapa besar lo nganggep dia penting.  Aaaaaaaaaahli Nujum banget!

Kedua, dosen kepo; tiap ketemu pertanyaannya selalu sama; “Kapan kamu penelitian?”, it’s not ur business, Can I ask you something like this, "when we could be good friends huh?"

Ketiga, tipe dosen yang paling terkenal, sudah dipastikan pernah masuk surat kabar dan youtube; Dosen mesum. Lo bisa liat dari mukanya, mukanya kayak sabun, like this yo

Traktor kampret dan dosennya memiliki aturan tentang kesopanan, Mahasiswa tidak boleh menggunakan kaos saat praktikum.. gue rasa di masa depan pengemudi traktor gak beda dengan pengemudi Avanza, orang disawah gak beda dengan orang di kantoran; sama-sama make dasi.

Gue diusir karena gue make kaos, kata dosennya, “nanti adik-adik kamu mencontohnya, itu tidak baik”... ya...ya.. yang baik itu adalah memakai baju berkera tapi pakaian dalemnya nyangkut dikera. Sakti banget.

Semua yang memakai baju berkera tidak semuanya bego, tapi hampir dipastikan yang bego semuanya memakai baju berkera, biar terlihat pintar.

Oh iya.. dosen kampret ini masuk katagori dosen gila hormat, udah kayak tiang bendera.

Tadi juga ada yang diusir, kata dosennya dia telat datengnya, padahal gue, mungkin semua mahasiswa tahu dia datengnya gak telat (masih dalam batas waktu yang diberikan; 15 menit). Tapi mau ngomong apa juga tetap aja diusir, mahasiswa yang lain diem sih.. yah mereka lebih menghormati dosen dari pada temen sendiri, karena dosen menilai mereka dengan huruf mutu (A – E), sedangkan sesama temen cuma bisa menilai kualitas pertemanan itu sendiri.. itu gak terlalu penting.

Bukan salah kampus punya mahasiswa yang freak, salah mahasiswa milih kampus yang freak.