Rabu, 27 Agustus 2014

If kita diperbolehkan memilih before..

If.. Before...

Horeee! kan.. kan.. Jokowi menang.

Tulisan di atas biaar nyambung aja dengan tulisan sebelumnya :)

Mama dedeeee! Curhat dongggggggg!

if.. kita dibolehin milih sebelum di lahirkan, mungkin kita memilih untuk tidak lahir. Jadi, dari sudut pandang si anak, alangkah tepatnya keputusan seorang ibu untuk aborsi.

Si Anak gak perlu kelaperan, gak perlu tumbuh dengan segala macam keburukan dunia. Kebaikan?? keknya gak ada dhe, kesenangan ada, tapi harus dibayar mahal dengan penyesalan. Kebahagiaan?? ada. Tapi harus dibayar dengan pengorbanan. Cukup adil.

Si anak gak perlu merasa resah dengan tontonan televisi: YKS, Pesbuker, sinetron agama, berita palsu, kenaikan BBM, pergantian presiden.

Si anak gak perlu mikirin tugas-tugas dari guru, dosen, gak perlu mikirin tugas yang diberikan oleh manusia yang sebenernya juga malas.

Gak perlu galau, ngebatin, "alangkah susahnya nemu kata yang tepat buat ngungkapin perasaan"

Gak perlu merasa serba salah

Merasa gak enakkan

Si anak hanya perlu menunggu di surga.

SI ANAK AKAN BERDOA, "YA TUHAN TERIMAKASIH TELAH MEMBERIKAN SEORANG IBU YANG BIJAK, SEDIKIT LAGI AKU TERLAHIR KE DUNIA TAPI IBU DENGAN TEPAT MEMBUNUHKU.. DIA TELAH MENYELAMATKAN KU TUHAN! BUNUH DIA TUHAN.. AGAR CEPAT MENYUSULKU. MUDAHKAN JALANNYA DI NERAKA, SAMPAIKAN IBU KE SURGA DENGAN KONDISI SEHAT TANPA LUKA BAKAR.. AAAAAAMIIIIIIIIN!"

 Kalaupun tidak dikasih pilihan mau lahir ke dunia atau tidak, alangkah enaknya sebelum roh kita dihembuskan Tuhan ke dunia kita dibolehin milih apa-apa saja yang mau kita bawa. Mungkin semua orang akan meninggalkan 'perasaan'-nya. Kayaknya aman kalau tinggal di dunia hanya dengan pikiran.


Senin, 23 Juni 2014

Prabowo atau Jokowi?

Ehmm.. pertama yang harus pembaca disini ketahui adalah keterbatasan pengetahuan saya. Tapi, wajar kan, namanya pengetahuan cakupannya luas, kita semua masih tebatas. Bahkan master dibidang pertanian pun terbatas, belum tentu bisa tahu banyak tentang tata rias. Oke, mulai..

Jokowi atau Prabowo?
Pertama, dalam memilih sosok, saya mengambil 2 kriteria. Pertama Track Record, kedua: cara mereka menjawab dalam debat capres akhir-akhir ini. Setiap pendukung salah satu pihak pasti memiliki nilai lebih dalam menilai pilihannya sehingga yg bukan pilihannya mendapat bagian yang sedikit dalam penilaian. Pendukung Prabowo akan memberikan nilai yang dimulai dari 3 bukan 0, dan jokowi mendapatkan minus 3 bila rentang penilaiannya di dalam cakupan 1 - 10. Misal debat hari ini prabowo terlihat jelek, wasit memberikan nilai 5, jokowi baik dengan nilai 8. Maka di mata pendukung Prabowo, jokowi 5 sedangkan Prabowo 8. Yah, setiap ego dari kita memiliki penilaian subjektif. Begitu juga, mungkin saya.

Saya memilih Jokowi, kenapa?? pertama Track Record yang berorientasi pada Kepemimpinan. Dua daerah yang pernah dia pimpin mengalami perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Itu terbukti dari banyak penghargaan yang Pak Jokowi terima. Jakarta, jelas banyak perubahan, walau banyaknya masalah di Ibu Kota sering kali membiaskan perubahan yang sudah ada. Oke lah.. banyak pendapat yang mengatakan, "Penghargaan untuk Jokowi pemberian AS (yg secara fanatik banyak difahami orang sebagai negara paling licik)" atau "Ah, di Jakarta Jokowi gak amanah. Buktinya dia gak nyampe 5 tahun malah pengen jadi Presiden"

Kedua pendapat tadi menurut saya hanya ketidakpuasan Pro-Prabowo dalam mencari kesalahan/kekurangan jokowi. Banyaknya Kampanye hitam adalah bukti betapa gencarnya cara yang dilakukan demi menjelekkan citra Jokowi. Tapi coba kita bandingkan dengan Prabowo, dia memiliki bermacam penghargaan dibidang militer, namun menurut saya semua penghargaan itu tidak ada artinya ketika pemecatan jatuh pada dirinya setelah pristiwa '98 (dalam hal ini secara sejarah, Jokowi menang dalam hal kepemimpinan). Apakah pendapat ini termasuk Kampanye hitam??, bukan, ini kampanye negatif: Fakta yang benar-benar terjadi. Prabowo dibilang memiliki peran dalam kerukunan tani indonesia, sekarang tanya ke petani apa efeknya dari HKTI?? NOL. Malah banyak yang mengeluh menjadi petani. Apakah ini kampanye hitam??, bukan, ini kampanye Negatif, fakta dilapangan mengatakan begitu, survey aja sendiri.

Jokowi bonekanya Bu Mega!
Oh ya?? menyalahkan Jokowi atas figure yang mencalonkannya. Bagaimana jika saya membenarkan Bu Mega atas Ibu yang mengandungnya: Istri Sorkarno. Tidak ada gunanya menyalahkan seseorang karena orang lain yang ada dibelakangnya. Kalau mau itung-itungan, lihat ada berapa banyak koalisi Prabowo yang pantas disalahkan: Hatta Rajasa (kasus anaknya), Surya Dharma Ali, Abu rizal Bakrie, PKS (korupsi daging sapi serta kasus-kasus memalukan lainnya yang berasal dari anggota partai yang mengklaim mereka semua pantes jadi panutan islam di Indonesia), serta Marzukie Ali (Mulutnya gak tahu diri). Fakta yang sangat mencolok adalah bagi-bagi Kursi yang diterapkan Prabowo dalam mengggaet koalisi, Apakah Jokowi tidak?? saya tidak tahu.. yang saya tahu Jokowi menolak Abu Rizal Bakrie ketika menawarkan Koalisi dengan syarat bagi kursi. Itu sudah cukup menjelaskan. Adakah orang yang rekam jejaknya baik yang mendukung Prabowo?, subjektifitas saya mengatakan TIDAK.

Siapa yang ada dibelakang Jokowi?? ini orang-orang baiknya yang saya tahu:

Masih ada ruang kosong yang belum sempat saya masukkan orang-orangnya.

Mereka semua, kebanyakan, adalah seniman yang terkenal murni dalam karya ciptanya, idealisme mereka kuat, tidak ikut-ikutan. Secara empiris, bisa disimpulkan bahwa mereka semua jauh dari kategori seniman geblek Pesbuker.

Disana ada 3 sosok yang sudah banyak memberikan motivasi pada diri saya secara pribadi, motivasi menjadi anak muda yang positif tentunya: Pandji Pragiwaksono, Anies Baswedan, dan Rene.

Banyak yang meremehkan Jokowi dalam masalah ketegasan, dalam debat capres baru-baru ini Jokowi secara tegas mengatakan, "Tegas itu berani mengambil keputusan, dan menerima resikonya!". Bagaimana dengan Prabowo?? Tegas??, dari Intonasi Suara dan Latar Belakang Militer yang dimiliknya saya menjawab "IYA" Prabowo Tegas, tapi dalam hal Keputusan dan Resiko tidak sama sekali. Hal ini terlihat jelas ketika Prabowo menjawab dan memaparkan program kerjanya, lihatlah apa pernah dia mengatakan sesuatu yang bersifat keputusan?? tidak pernah.. Prabowo hanya bermain syair dengan mengatakan "indonesia yang sejahtera" tapi caranya tidak pernah dijelaskan secara spesifik, "Indonesia yang kuat dan tidak menyerah dengan bangsa lain" tapi caranya tidak pernah dijelaskan secata spesifik. Jawaban Prabowo tidak pernah menjelaskan "apa yang akan dia lakukan", penjelasan hanya menjelaskan "apa yang sedang dia katakan"... tidak gerakan dalam programnya, hanya ada tulisan (NO ACTION, JUST TALKING). Saya menyebutkan sebagai sajak program kerja.. seperti halnya penyair, mereka hanya mengatakan sesuatu yang malas mereka kerjakan, mengatakan sesuatu yang mereka sesalkan, mengatakan sesuatu yang membuat mereka terkesan romantis padahal dikenyataan selalu gagal menjalin hubungan yg harmonis.

Satu lagi yang membuat saya memilih Jokowi, Kali ini bukan karena Jokowi, tapi justru karena Prabowo. Pak Prabowo mengancam karir saya, saya, kami, para pekerja seni sangat anti pola perintah militer.. kami lebih menyukai pola asuh. Saya anti pemimpin diktator.

Dan, sumpah.. coba lihat masa jokowi saat kampanye: MEREKA MEMBAWA NAMA RAKYAT, BUKAN BENDERA PARTAI!.





SALAM DUA JARI




terimakasih.. :D