Sabtu, 14 April 2012

DUA HAL

Ada dua hal yang membuat kita hingga kini tidak bernasib seperti saudara kita di Palestina, yaitu Bangsa dan Agama. Keduanya memerdekakan kita dalam wilayah Nusantara.

Kita di Indonesia bersatu dalam wadah kebangsaan dan nasionalime.

Tapi dua hal ini dikotori oleh politik busuk..

Lihatlah bagaimana seorang yang bersorban mengumandangkan nama Allah sebelum memukul dan menganiaya manusia, mereka, aku sangat malu, mengatas namakan Islam sebagai perisai, posisi mayoritas agama ku dimanfaatkan demi urusan dunia dan kekuasaan. Lihatlah contoh anehnya, FPI menggeledah warung makan pada bulan puasa, memukul dan berlaku tidak manusiawi kepada manusia yang tidak berpuasa, sementara restaurant besar dan tempat maksiat sekelas diskotik tidak digubris sama sekali. Manusia yang hidup di zaman korupsi akan masuk akal bila berspekulasi adanya permainan uang…

Terlepas dari mereka dikasih uang sogokan atau tidak, aku melihat aksi mereka sebagai sesuatu yang menjijikan, mereka seperti tai kering yang baunya tidak tercium lagi dimakan waktu. Ya, Islam yang harum oleh pembawanya Rasulullah saw kini tidak tercium lagi karena bentuknya sangat kotor, ini semua akibat mereka yang dibutakan oleh harta dan kekuasaan duniawi. Ingat, Islam bukan lah agama duniawi, jika kalian ingin mencari dunia dengan menggunakan islam maka itu bukan islam ku, bukan Islam Muhammad saw dan keturunan suci beliau.

Ada lagi yang mamanfaatkan mayoritas agama sebagai strategi politik untuk menaklukkan lawannya. Mereka mencari kader dengan cara islami, sok suci dalam koarannya, sementara media menyebut anggota mereka dalam kasus korupsi dan tontonan tak senonoh. Lembaga dakwah kampus pun mulai sok benar, dan merasa hebat karena mereka diajarkan politik, politik kotor yang mencoreng nama baik agama. Anehnya, salah satu anggota PKS yang tertangkap kamera membuka konten porno mereka anggap sebuah kewajaran, ya mereka seperti maling kelas Negara yang sangat pintar mencari alasan.

Bangsa. Aku mengenal Nasionalisme bukan dari sekolah tapi dari sebuah acara televisi yang PROVOKATIVE, acara ini dimainkan oleh lima orang muda, mereka membuka mataku akan sedihnya sebuah perjuangan, pahitnya darah kemerdekaan, dan lucunya wakil rakyat, telanjangnya seorang pemimpin.. Negeriku negeri para penipu kata Iwan Fals, memang benar, semua wakil menjalankan amanat pribadi mereka masing – masing, bukan amanat rakyat. Mereka menipu mata dan telinga orang-orang bodoh dengan jabatan mereka yang ‘katanya’ mewakili rakyat.

4 komentar:

tuliskan komentar anda