Jumat, 27 Mei 2011

Takkan Terulang

Tanggal 24 mei kemaren gue ma temen – temen deket gue ngerayain ulang tahun Satria Buana, gak ada kamera untuk menyimpan momen yang belum tentu waktu akan memberikannya lagi, momen yang kehangatannya mungkin akan berbeda setiap tahunnya. Gak terasa Satria Buana sudah 2 tahun bersama, suka dan duka bukan lagi bumbu kehidupan tapi sudah menjadi lauk, bukan lagi garam tapi Nasi, bukan lagi sekunder tapi primer. Wawan septiawan seorang satria yang telah meninggalkan kelompoknya, pergi untuk menuju jalan yang berbeda. Sekarang dia telah jauh, jauh di hati, sebuah jarak yang mengaburkan jarak – jarak lainnya, kesatria terbaik, bintang paling terang tapi juga paling jauh dari bumi.

Proses selama dua tahun ini memberikan banyak pelajaran, pelajaran dalam hal solidaritas dan toleransi, pelajaran sempurna dan nyata dari pada setahun dididik. Kami berada dalam satu hati namun lain tubuh, kami mempunyai langkah kaki yang sama, langkah yang dimulai dari kepercayaan yang sama tapi berakhir di tujuan yang berbeda, kami berbeda dari luarnya tapi tak sedikitpun perbedaan di dalamnya. Menyusuri tanah yang begelombang adalah jalan kami, tanpa gelombang jalan hanya akan datar tak akan pernah memberikan tempat terindah di atas langit, tak akan pernah memberikan air yang lebih sakral dari pada keringat. Gelombang adalah tantangan yang mengharuskan tangan menjadi tali dan genggaman adalah simpul terkuatnya, dan hati menjadi aturan dalam perjalanan sehingga tak ada kebencian yang mencelakakan. Satu lagi, hal yang paling penting dalam perjalanan ini adalah teman, kompas terbaik dalam menunjukkan arah dan titik tertinggi.

Untuk satria buana dan temen – temen yang ikut ngerayain ulang tahun ini gue ucapin terima kasih banyak. Semua yang terjadi takkan terulang walau itu janji sekalipun karena tak ada yang sama di dunia ini, takkan ada yang terulang semua akan menjadi baru dan baru, takkan ada bintang yang sama di malam – malam tahun berikutnya, takkan ada bulan separuh di langit hitam tanggal 24 mei tahun berikutnya, rumput di bukit itu pun mungkin akan berubah menjadi tiang batu, dan suatu saat nanti seorang satria pun akan menyarungkan pedangnya.

Takkan terulang kawan, hanya mampu kita simpan dan buka dengan ingatan, satu – satunya tempat terbaik untuk sembunyi dari waktu…

1 komentar:

tuliskan komentar anda