Minggu, 15 Mei 2011

WAKTU

Waktu terus berjalan, berjalan dengan takdirnya. Waktu tak perlu berfikir, tak perlu mengingat, cukup berjalan di atas rodanya. Apakah waktu pernah mencoba untuk kembali mundur, untuk tersenyum melihat kembali saat – saat bahagia, atau untuk bangga dengan tantangan yang di artikan nyata dalam sebuah kegagalan. Mungkin waktu lelah mencoba untuk mundur. Mengingat pun tak mampu, kasian.., tak ada senyum dan rasa bangga padanya. Seandainya tiba ketika waktu membenci dirinya sendiri, Tuhan akan mengutuknya.
Manusia adalah mesin waktu, tepatnya mesin bagi sang waktu untuk menyimpan ingatannya, untuk mundur dengan teori renkarnasi bodohnya. Manusia hanya alat yang diberi jiwa oleh Tuhan, begitu sempurna. Tak seharusnya sang waktu memperalat manusia, mempermainkan perasaan dengan ingatan – ingatan baik dan buruk, dengan harapan dan kegagalan. Manusia yang ingin lepas dari sang waktu dengan bodohnya menjerat tali di leher sendiri. Jiwa pun tak ada gunanya lagi..
“Apa gunanya jadi manusia?”, pertanyaan yang membawa manusia bersatu dengan waktu..
Seandainya tiba ketika manusia menyalahkan waktu dan membenci dirinya sendiri, maka tak ada lagi alat untuk waktu. Tuhan akan mengutuk semuanya, tak ada yang perlu ada.