Jumat, 19 April 2013

Loyalitas



Gue kenal kata Loyalitas pas Kuliah, dari senior gue. Gini, gue lebih suka baca buku dari pada dengerin orang ngomong ke gue, pengalaman gue bilang kalau orang itu ngomong apa yang dia anggap bener sementara itu belum tentu bener di elo kemudian setiap orang sebagian besar selalu ingin orang mengikuti pola pikirnya agar dia lebih mudah memola keinginannya dan jika keinginannya buruk dan loe terpengaruh dengan kata-katanya maka lo ikut menjalankan keburukannya. Intinya semua orang punya doktrin dalam kata-katanya. Gak semua doktrin buruk, misal ibu lo nyuruh lo makan pagi biar sehat, “Nak makan pagi pake nasi biar sehat”, kata-kata ini selalu ibu ucapkan, selalu diulang-ulang, sehingga tanpa kita sadari itulah yang kita lakukan tiap pagi. Makan pagi, peke nasi, bukan roti.

Kalau baca buku lo bisa berfikir lebih panjang untuk mencerna sebuah kata-kata. Mungkin itulah kenapa Tuhan meninggalkan petunjuk dalam bentuk Kitab.

Loyalitas selalu dihubungkan dengan organisasi, organisasi bisa dalam bentuk keluarga, kelompok, atau band. Di dalam kelompok ada himpunan, biasanya dikalangan mahasiswa dipegang oleh senior, bukan ketua himpunan. Di dalam keluarga ada orang tua dan si anak tertua, di dalam band biasanya Ahmad Dhani, hehehe... 

Semua pemegang “kekuasaan ini” memberlakukan 2 pasal yang sama;
      1.  Mereka tidak pernah salah
2.  Bila mereka salah maka kembali ke pasal 1.

Intinya mereka merasa tidak pernah salah. Seolah pengalaman hidup mereka sama dengan pengalaman hidup kita, atau mungkin mereka ingin membuat kita merasakan pengalaman hidup seperti mereka, kasarnya, sebut saja, balas dendam.

Gue punya loyalitas, tapi bukan untuk organisasi, atau keluarga, loyalitas gue persembahkan untuk yang gue cintai; orang tua, keluarga, kekasih, passion, lebih besar lagi pada Tuhan.

Emang gak mudah mempertahankan yang kita cintai, banyak kok contohnya, misal pacar, lo bilang cinta kan tapi kenyataannya paling lama 1 tahun lo pacaran. Habis itu temenan lagi, bahkan ada yang jadi semacam musuh yang tak tertulis. Kalau lo mau mudah ya lo ikutin aja kata mereka, kata senior, kata dosen, kata pemerintah, kata yang tertua. Ngikut lebih enak daripada mimpin.

Gue rasa kita sudah cukup dewasa untuk menilai orang dari pesan dan ajakannya, lo boleh ikutin kata “mereka” kalau menurut lo itu baik, buang kalau itu buruk. Lo bisa ambil bagian-bagian dari seseorang, ambil bagian yang baiknya.  Kenyataannya kita yang terlahir saat ini sangat diuntungkan, kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah, dari yang sudah berlalu, kita tinggal pilih dan lo bebas milih, berfikir aman atau berfikir sehat.

Yang aman belum tentu sehat, yang sehat sudah pasti aman. : )))

1 komentar:

tuliskan komentar anda