Gue kenal kata Loyalitas pas Kuliah, dari senior gue. Gini, gue lebih suka baca buku dari pada
dengerin orang ngomong ke gue, pengalaman gue bilang kalau orang itu ngomong
apa yang dia anggap bener sementara itu belum tentu bener di elo kemudian
setiap orang sebagian besar selalu ingin orang mengikuti pola pikirnya agar dia
lebih mudah memola keinginannya dan jika keinginannya buruk dan loe terpengaruh
dengan kata-katanya maka lo ikut menjalankan keburukannya. Intinya semua orang
punya doktrin dalam kata-katanya. Gak semua doktrin buruk, misal ibu lo nyuruh
lo makan pagi biar sehat, “Nak makan pagi pake nasi biar sehat”, kata-kata ini
selalu ibu ucapkan, selalu diulang-ulang, sehingga tanpa kita sadari itulah
yang kita lakukan tiap pagi. Makan pagi, peke nasi, bukan roti.
Kalau baca buku lo bisa berfikir lebih panjang untuk
mencerna sebuah kata-kata. Mungkin itulah kenapa Tuhan meninggalkan petunjuk
dalam bentuk Kitab.
Loyalitas selalu dihubungkan dengan organisasi, organisasi
bisa dalam bentuk keluarga, kelompok, atau band. Di dalam kelompok ada
himpunan, biasanya dikalangan mahasiswa dipegang oleh senior, bukan ketua
himpunan. Di dalam keluarga ada orang tua dan si anak tertua, di dalam band
biasanya Ahmad Dhani, hehehe...
Semua pemegang “kekuasaan ini” memberlakukan 2 pasal yang
sama;
1.
Mereka tidak pernah salah
2.
Bila mereka salah maka kembali ke pasal 1.
Intinya mereka merasa tidak pernah salah. Seolah pengalaman
hidup mereka sama dengan pengalaman hidup kita, atau mungkin mereka ingin
membuat kita merasakan pengalaman hidup seperti mereka, kasarnya, sebut saja,
balas dendam.
Gue punya loyalitas, tapi bukan untuk organisasi, atau
keluarga, loyalitas gue persembahkan untuk yang gue cintai; orang tua,
keluarga, kekasih, passion, lebih besar lagi pada Tuhan.
Emang gak mudah mempertahankan yang kita cintai, banyak kok
contohnya, misal pacar, lo bilang cinta kan tapi kenyataannya paling lama 1
tahun lo pacaran. Habis itu temenan lagi, bahkan ada yang jadi semacam musuh yang
tak tertulis. Kalau lo mau mudah ya lo ikutin aja kata mereka, kata senior,
kata dosen, kata pemerintah, kata yang tertua. Ngikut lebih enak daripada
mimpin.
Gue rasa kita sudah cukup dewasa untuk menilai orang dari
pesan dan ajakannya, lo boleh ikutin kata “mereka” kalau menurut lo itu baik,
buang kalau itu buruk. Lo bisa ambil bagian-bagian dari seseorang, ambil bagian
yang baiknya. Kenyataannya kita yang
terlahir saat ini sangat diuntungkan, kita bisa mengambil pelajaran dari
sejarah, dari yang sudah berlalu, kita tinggal pilih dan lo bebas milih,
berfikir aman atau berfikir sehat.
Yang aman belum tentu sehat, yang sehat sudah pasti aman. : )))
Yang aman belum tentu sehat, yang sehat sudah pasti aman. : )))
Tulisannya keren keren!!!!. Keep Posting kak
BalasHapus