Rabu, 17 April 2013

Yang kita ingin

"Aku tidak ingin menjadi orang yang mudah dilecehkan" (Cloud Atlas)

Yah, siapa yang mau dilecehkan. Setiap orang pasti pernah dilecehkan, tentunya karena perbuatan mereka sendiri. Biasanya perbuatan itu tidak disukai oleh yang melecehkan. Bisa jadi yang melecehkan lebih buruk, bisa jadi mereka lebih baik, tergantung elo.

Kebaikan dan keburukan sebenernya saling melecehkan, makanya mereka tidak pernah akur satu sama lain. Kalau terlihat akur itu mungkin bagian dari strategi yang ujung-ujungnya saling menjatuhkan. Kita tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah jika kita tidak benar-benar mencarinya. Kadang manusia itu terlalu takut untuk berdosa, sehingga mereka tidak pernah tahu asal usul kebenaran. Simpelnya, dari kejatuhan lo bisa sedikit menghargai pembangunan, dari perjuangan lo bisa tahu rasanya kemerdekaan. Itulah kenapa generasi awal selalu lebih baik dari generasi selanjutnya, itu karena mereka berjuang, sedangkan generasi selanjutnya hanya bisa menikmati.

Sangat sederhana, misalkan kita ambil contoh dari kehidupan sehari-hari saja. Banyak sekali anak muda, remaja, bahkan mahasiswa yang terlalu takut protes, takut untuk bilang "tidak" kepada kata-kata dosen sementara kepada orang tua mudah banget bilang "nggak".

Sebenernya, mahasiswa tahu kalau dosen itu membuat aturan yang suka mereka langgar sendiri; Dosen bilang jangan telat, pada kenyataannya dosen sering telat. Dosen bilang "fokus kuliah", pada kenyataannya dosen gak fokus-fokus amat ngajar kuliah (kadang lebih mentingin proyek, seminar, yang paling update adalah kenyataan bahwa dosen lebih mentingin jaga anak SMA UN dari pada ngasih kuliah mahasiswa). Lo tau itu semua karena apa??. Karena Uang. (titik). Pemerintah juga sih yang goblok, kalau sekedar buat nakut-nakutin anak UN gue rasa gak perlu dosen, preman banyak, lumayan bisa ngurangin jumlah preman pas UN.

Dari film Cloud Atlas ada satu pesan yang pas banget buat gambarin apa yang terjadi di masa kini, "semua bertanggung jawab atas semua yang terjadi". Sebagai mahasiswa gue ngerasa dosen ikut bertanggung jawab terhadap mahasiswa yang sakit jiwa, sebagai dosen mungkin gue ngerasa mahasiswa bertanggung jawab atas dosen yang sakit hati. Lepas dari saling lempar tanggung jawab pada akhirnya toh kita juga yang ngerasain akibat dari perbuatan kita. Ada masanya kita harus merasa bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Lo kayak gini ya karena lo kayak gitu, lo kayak gitu yang emang lo kayak gini.

Orang jaman sekarang terlalu banyak tahu tentang sejarah, cerita yang lalu, perjuangan, kematian, perang, dll. yang akhirnya membuat mereka bebas memilih, milih bertahan dengan apa yang lo anggap baik, atau milih apa yang lo anggep aman. Sejarah mengatakan kalau yang baik itu gak pernah enak, aman itu ngikut aja, jahat itu enak. Kenyataan yang terjadi juga mengatakan "dibunuh itu mati", "ngebunuh, lo bisa tetap hidup", "penjahat lebih banyak tertawa, sekali merengut langsung mati (hidupnya enak, matinya gak enak). Kalau mahasiswa lama memberikan contoh menjadi "penurut" dan "cari aman", jangan ngelecehin adek-adeknya kalau juga ikutan cari aman dan cari dosen biar tambah aman. Semua saling terkait, sebab akibat udah jadi hukum alam.

Orang yang memilih aman adalah saksi betapa mengerikannya kekuasaan mewujudkan kehendaknya, menjadi saksi betapa lemahnya kebaikan berdiri melawan, menjadi saksi betapa bodohnya perlawanan, betapa tersiksanya memilih aman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tuliskan komentar anda