Kamis, 22 September 2011

TEORI DOSEN

Teori Dosen adalah sebuah rumusan yang belum terpecahkan…

Dari kecil hingga tua nanti setiap manusia, kita, akan selalu menghasilkan teori - teori dari apa yang kita liat, dengar, dan rasakan, dalam hal ini Gurunya adalah Pengalaman. Dari SD hingga SMA kita selalu menerima Teori dari pengabdi yang kita sebut guru. Hingga di perguruan tinggi kita sampai pada teori - teori yang dijelaskan oleh seorang ahli, yaitu Dosen. Ada Hukum zaman pada jenis pendidikan formal; SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi, semakin berkembang zaman maka semakin mahal kebutuhan namun sangat krisis manfaat. Begitu juga dengan pendidikan tersebut, semakin tinggi pendidikan semakin mahal biaya namun sedikit sekali manfaat yang didapat dari apa yang diberikan oleh pendidik itu sendiri, sangat jelas ketika awal duduk dibangku kuliah Dosen pernah berpesan, “ Kalian Mahasiswa harus mandiri dan jangan tergantung pada dosen.”

Awalnya pesan itu terkesan bijaksana dan penuh makna namun waktu yang berjalan berpesan lain, “mereka para dosen tidak lebih baik dari 10 halaman buku yang hanya diam saja”. Kalau dipikirkan, seorang guru SD lebih layak mendapatkan upah lebih dari seorang dosen yang banyak pamrih. Sebagian dosen, ironisnya bagian ini lebih banyak, sibuk dengan gelarnya, dengan gelar maka naiklah upahnya, sibuk dengan penelitiannya atau proyeknya, dengan penelitian dan proyek maka naiklah kesejahteraannya, sibuk dengan teorinya, dengan teori nya, dengan teori - teori tertutuplah keburukannya, dan ada yang sibuk dengan bisnisnya maka dengan bisnis sempurnah lah ketamakannya. Lantas bagaimana dengan Mahasiswa???, dengan senang hati ada mahasiswa yang menikmati ‘jam kosongnya’, dengan jengkel ada mahasiswa yang menikmati ‘umpatannya’, dengan kritik mereka menikmati idealismenya, dan dengan bersedih mereka mengingat harapan orang tuanya.

Sangat rumit dilema seperti ini. Dalam kejahatan, ketidakadilan akan diselesaikan oleh Hukum yang katanya adil, tapi di lingkungan kampus kejahatan itu selalu ditumpahkan pada mahasiswa, sedangkan dosen selalu berada pada posisi hakim. Mahasiswa telat 20 menit dikeluarkan, sedangkan dosen telat satu jam tidak punya rasa malu datang ke kelas, seolah – olah mereka sangat penting padahal diri mereka sendiri mengasumsikan ketidakpentingan.

Siapapun anda, mahasiswa atau dosen, coba pikirkan fakta ini:

Mahasiswa membayar uang sekian ratus ribu untuk menerima pendidikan, sedangkan dosen menerima sekian juta untuk memberikan pendidikan (yang dengan seenaknya bilang kalau mahasiswa harus mandiri alias belajar sendiri). Mahasiswa banyak dirugikan karena membayar, sedangkan dosen banyak diuntungkan karena dibayar. Mahasiswa selalu dituntut dengan banyak kewajiban, sementara dosen selalu mementingkan haknya. Dosen diberi hak secara administrasi untuk menilai mahasiswa dengan angka mutu A hingga E sedangkan mahasiswa tidak, padahal kemajuan sebuah pendidikan bukan dari mahasiswanya tetapi dari para pengajarnya.

Seandainya Iwan Fals duduk dibangku kuliah pasti dia akan senang karena mendapatkan banyak materi lagu.

Tapi tidak semua dosen seperti itu kok, tapi hanya sebagian (besar) saja yang seperti itu…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tuliskan komentar anda