Senin, 20 Juni 2011

RUYATI


Gimana sih rasanya dipancung?. Ketika dingin besi menyentuh belakang leher lalu dengan cepat menyambar daging dengan rasa perih yang sangat menyakitkan dan seketika sepersekian detik panas darah bersimbah di sekujur tubuh. Sangat sadis. Seperti itulah yang dialami oleh Ruyati TKI asal Negeri kita Indonesia tumpah amarahku ini. Dikoran dan media elektronik santer berita itu disiarkan, sesekali foto Ruyati dengan wajah seorang ibu, wajah yang penuh kecemasan akan nasib anak - anaknya, wajah yang merindukan rupiah untuk sesuap nasi, wajah yang tidak pernah tahu bahwa hidupnya akan berakhir dengan hukuman pancung. Kesedihan yang mungkin sangat menyakitkan atas kematian ibunya itu telah menguras air mata anak sulung Ruyati, kekesalan akan hidup yang tidak adil. Hukuman yang diberikan atas perjuangannya membela diri, hukuman atas kebijaksaannya melenyapkan majikannya. Gue harap indonesia tidak berduka, karna duka menjadikan indonesia seperti seorang pembantu yang hina, yang apabila disakiti hanya mampu meratapi dengan dukaan dan celaan mata dunia. Indonesia jangan menangis karna air mata ibu pertiwi cukup dan jangan dicampur dengan air mata yang kotor, air mata dari orang - orangnya yang berhati lemah dan penakut. gue harap presiden tidak punya usul dan pembelaan lagi atas kejadian ini tapi sudah waktunya presiden melempar batu ke kaca dunia dan biarlah dunia marah.

Gue berharap bukan duka lagi yang merundung indonesia tapi hina, dengan hina orang akan memiliki langkah pasti untuk bangkit tapi bila duka, orang hanya akan mengambil langkah gontai dan melupakan dengan mengatas namakan ATURAN!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tuliskan komentar anda